Bahasa Indonesia Tawarkan Peluang di MEA

Kementrian Ketenagakerjaan akan mengimplementasikan peraturan pemerintah perihal tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia di haruskan mampu menguasai Bahasa Indonesia.

Pada awalnya, MEA diharapkan mampu meningkatkan daya saing negara-negara ASEAN dengan negara maju lainnya. Namun, tidak menutup hal ini justru membuka kompetisi yang semakin terbuka diantara sesama anggota MEA itu sendiri. Olehnya, jika tidak memiliki strategi dan keunggulan dalam menghadapi MEA , MEA hanya membawa kerugian dan kesia-siaan bagi negara anggota MEA yang tak siap, termasuk Indonesia.

Perjanjian bersama yang akan dilaksanakan akhir tahun nanti ini, sebenarnya masih menyisakan beberapa pertanyaan. Sudah sejauh manakah kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA. Nyatanya, beberapa data menyebutkan jumlah tenaga terdidik dan terlatih kita masih kalah  jumlah dengan negara tetangga. Hal tersebutlah yang sebenarnya  dikhawatirkan. Maka perlulah pemerintah memperbaiki berbagai hal dalam upaya menyambut MEA

Pemerintah mungkin telah melakukan bentuk preventif atauantisipasi pada beberapa sektor seperti ketenagakerjaan, industri kreatif, serta mental bangsa. Namun ada hal yang penting untuk diperjuangkan pemerintah saat ini yakni, menjadikan Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi ASEAN.

Bahasa adalah kekayaan yang tak ternilai. Ungkapan tersebut pantas disematkan kepada Bahasa Indonesia. Seperti diketahui, Bahasa Indonesia telah mempersatukan banyaknya etnis di Indonesia, sejak ditasbihkan para pemuda pada 28 Oktober 1928 lalu. Setelah menyatukan Indonesia, diharapkan Bahasa Indonesia mampu menjadi bahasa pemersatu ASEAN. Mengingat Bahasa Indonsia memiliki penutur yang lebih banyak ketimbang negara ASEAN lainnya, serta Bahasa Indonesia kini sudah banyak dipelajari oleh bangsa lain.

Adalah sebuah keuntungan untuk Indonesia , jika Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi ASEAN. Dipakainya Bahasa Indonesia disemua negara ASEAN, nantinya akan mempermudah tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Selain itu, peraturan pemerintah mengenai kewajiban tenaga kerja asing untuk menguasai Bahasa Indonesia juga akan berdampak mengurangi banjirnya tenaga kerja asing ,dan memberi kesempatan lebih bagi tenaga kerja Indonesia memanfaatkan peluang bekerja di Indonesia maupun diluar negri.

Diakuinya Bahasa Indonesia menjadi Bahasa ASEAN  juga akan membendung intervensi pengaruh negara maju lainnya kepada ASEAN. Sebagai contoh, Jepang mampu menahan westernisasi dengan mempertahankan kebudayaannya, termasuk bahasa mereka.  Selain itu, Bahasa Indonesia akan semakin kaya dan produktif.

Menyoal peran mahasiswa Indonesia di MEA nanti, bukanlah sesuatu yang pantas jika mahasiswa, baru menyadari Indonesia akan menghadapi MEA pada akhir tahun nanti, melainkan mahasiswa sudah harus mengoptimalkan potensi yang ada, bagi dirinya serta bangsanya. Bisa dengan bergerak secara inovatif serta merengkuh pengetahuan ilmu sebanyak-banyaknya tanpa melupakan Bahasa dan kebudayaannya ditengah bercampurnya semua budaya negara ASEAN nantinya.

Menyambut MEA, apa yang sudah kita persiapkan ?

 

Oleh: Anggino Tambunan
Mahasiswa Sastra Indonesia UI, aktif di Pers Suara Mahasiswa UI.

Tags: 

2 Komentar Pembaca

    1. r

      Saya setuju :) secara demografi , bahasa Indonesia/Melayu dituturkan sebagai bahasa ibu oleh mayoritas penduduk ASEAN [Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, sebagian Singapura] . Selain Bahasa Inggris, tentu pemilihan Bahasa Indonesia/Melayu sebagai bahasa pengantar (lingua franca) yang berasal dari kawasan ASEAN sendiri (karena bhs.lnggris adalah bahasa asing)—saya kira wajar diterapkan. Semoga ada dukungan kuat juga dari Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura. Prinsip saya, meskipun mengglobal dan go international, jangan melupakan nilai-nilai asli dari bumi sendiri, seperti contoh Jepang di dalam tulisan ini, toh hasilnya bagus kan :) Jepang mengglobal, namun tetap tidak melupakan nilai-nilai tradisi, termasuk bahasa.

      Balas

Kirim Komentar Anda

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Gunakan bahasa atau kata-kata yang santun dan tidak mengandung unsur SARA. Terima kasih atas partisipasi Anda dan selamat berkarya.

© 2013. Indonesia Sastra Media.  |  Kembali ke atas